DIDASARKAN PADA 1 KORINTUS 15 : 55 “ Hai maut di manakah kemenanganmu ?. Hai ma…

DIDASARKAN PADA 1 KORINTUS 15 : 55

“ Hai maut di manakah kemenanganmu ?. Hai maut di manakah sengatmu ?”

Keluarga besar GPIN dan simpatisan yang selalu berikhtiar untuk bisa mempercayai dan mencintai Tuha, pada hari ini Minggu 12 April 2020 kita bersama dengan Gereja-gereja di seluruh jagat raya merayakan Paskah. Melalui perayaan Paskah Gereja memperingati dan sekaligus menghayati akan kebangkitan Yesus Kristus dari kematianNya. Gereja memperingati dan sekaligus menghayati peristiwa besar bahwa Yesus telah melewati kematian agar manusia juga bisa melewatinya seperti Dia telah melewatinya. Rasul Paulus sangat yakin sekali bahwa Yesus Kristus benar-benar bangkit dan hidup. Keyakinannya ini dibangun di atas fakta bahwa Paulus berjumpa dengan Yesus Kristus beberapa hari setelah kematian Yesus, pada waktu perjalanan Paulus ke Damsyik ( Kisah Para Rasul 9 : 1-19 a ).
Bagi Paulus kebangkitan Yesus tidak hanya fakta historis, tetapi lebih dari itu sebagai sebuah peristiwa yang merubah orientasi hidup Paulus. Sebelum Paulus mengalami perjumpaan dengan Yesus, Paulus yang bernama Saulus hanya mencintai dua hal saja yaitu : dirinya dan agamanya. Sebelum Kebangkitan Yesus, Paulus tidak cinta kepada Yesus sehingga tidak takut juga kepada Yesus. Hal ini terindikasi dari realita bahwa dia sebenarnya berencana untuk menangkap dan membunuh para pengikut Yesus, sebelum dia sendiri ditangkap Yesus. Setelah Paulus mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, Paulus menjadi orang yang sangat cinta kepada Yesus sehingga sangat takut kepada Yesus dan berhati gembala terhadap para pengikut Yesus. Kebangkitan Yesus sangat bermakna bagi kehidupan Paulus. Bertolak dari pengalamannya yang demikian ini, Paulus sangat ingin sekali para pengikut Yesus, memahami dan menghayati makna kebangkitan Yesus itu.
Kalimat yang mengatakan : “ hai maut dimanakah kemenanganmu ? Hai maut dimanakah sengatmu ? dikutip oleh Paulus dari Hosea 13 : 14 dan dipakainya : Pertama, untuk menjelaskan kepada Jemaat Korintus bahwa dengan kebangkitan Yesus, maut telah ditelan oleh Yesus dalam kemenangan ( Yesaya 25 :8). Kedua, untuk menghimbau Jemaat Korintus agar lebih menghormati Yesus. Melalui penjelasan dan himbauannya ini Paulus bermaksud agar Jemaat Korintus : pertama, semakin memahami bahwa dengan kebangkitan Yesus, Yesus telah mengalahkan kematian yang sangat ditakuti oleh manusia. Kedua, semakin menyadari bahwa mereka semestinya patut menghormati dan mencintai Yesus lebih dari siapapun dan apapun.
Penjelasan dan himbauan Paulus seperti teresbut di atas sangat mengembalakan. Hal itu dikatakan demikian sebab hal yang tidak bisa diatasi atau dikalahkan oleh manusia sehingga sangat ditakutinya adalah kematian. Takut mati sebenarnya positif. Dengan takut mati kita berikhtiar melindungi diri. Bila kita sakit kita berobat karena kita takut mati. Kita berolah raga setiap pagi agar kita sehat karena kita takut mati. Kita melakukan isolasi diri dan jaga jarak sosial selama virus corona masih mewabah karena kita takut mati. Akan tetapi bila ketakutan kita kepada kematian yang adalah bagian dari perjalanan hidup sampai membuat hidup kita begitu merana ( Ibrani 2 : 15 ) kita belum memahami penuh arti Paskah bahwa Yesus telah mengalahkan kematian, sehingga bersama Dia kita dimungkinkan melewati kematian dengan tenang sebagaimana Dia telah melewatinya. Demikian pula sehandainya ketakutan kita kepada kematian begitu sangat, sampai kita rela berbuat apa saja termasuk melacurkan keyakinan kita sekedar untuk memelihara nyawa kita, kita belum sungguh mempercayai dan mencintai Yesus yang jauh sebelum kebangkitanNya telah berkata : “ Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku; ia akan memperolehnya ( Matius 16 : 25 ).
Keluarga besar GPIN yang sangat disayang Tuhan Yesus Kristus, ada seorang ibu bernama Nyoman tinggal di kampung saya di Bali. Nyoman ini seorang warga Gereja bekerja sebagai pedagang. Dia punya tiga sahabat. Ketiga sahabatnya itu ialah : Uang, Suaminya dan Tuhan Yesus. Sahabat yang paling dia cintai adalau uang. Nomer dua suaminya dan nomer terakhir Tuhan Yesus. Kemanapun Ibu Nyoman pergi uang selalu dibawanya. Dompetnya selalu berisi uang. Dia tidak berani pergi tanpa uang. Tiada hari tanpa uang. Setiap dia berjualan dan mendapat uang selalu dicium itu uang. Banyak sekali Ibu Nyoman mengumpulkan uang. Bagi Ibu Nyoman uang adalah segala-galanya. Sahabat nomer dua yang dicintainya ialah suaminya. Di dompetnya memang ada photo suaminya. Tetapi itu photo, photo yang sudah sangat tua sekali, sudah lapuk dan terpasang terbalik lagi. Ibu Nyoman berdiskusi dengan suaminya bila ada masalah-masalah yang dia tidak bisa pecahkan sendiri. Di mata ibu Nyoman, suami adalah orang yang diperlu pada waktu-waktu tertentu. Sahabat terakhir yang tidak terlalu dicintainya ialah Tuhan Yesus. Nama Yesus disebutnya tidak tiap hari. Nama Yesus baru disebut dan itupun hanya bersifat formalitas saja, bila ibu Nyoman bernyanyi di Gereja dalam ibadah minggu dan bila dia memimpin doa makan didepan beberapa orang. Bila dia makan sendiri dia tidak berdoa, tidak menyebut nama Yesus alias dilubuk hatinya yang terdalam nama Yesus tidak terpatri sama sekali. Ibu Nyoman tidak menghormati dan mencintai Yesus seperti dia menghormati dan mencintai uang dan suaminya.
Di usianya yang ke 51 tahun Ibu Nyoman meninggal dunia. Pada saat pemakaman Ibu Nyoman ada tiga peristiwa yang sangat mendidik banyak orang. Ketiga peristiwa itu ialah sebagai berikut : Pertama, uang banyak yang dikumpulkan Ibu Nyoman karena sangat dicintainya, diam seribu bahasa, tidak menangis dan tidak ikut mengantar Ibu Nyoman ke tempat pemakaman. Kedua, Suami Ibu Nyoman, berpakaian hitam, cukup sering melinangkan air mata, mengantar jenasah istrinya ke kuburan, tetapi sama sekali tidak ada gejala dia ingin menceburkan dirinya ke liang kubur, sebagai tanda dia ingin sehidup semati dengan istrinya. Malahan sang suami menikah lagi tidak lama setelah kepergian istrinya. Ketiga, Yesus Kristus yang tidak terlalu dicintai oleh Ibu Nyoman, pada waktu Ibu Nyoman telah tiada lagi di atas bumi, justru menyambut Ibu Nyoman dengan berkata : Nyoman, hari ini juga engkau bersama dengan Aku di Firdaus. Sehandainya Ibu Nyoman masih bisa ngomong pastilah dia akan bilang bahwa dia melewati kematian dengan sangat bahagia, sebab Yesus yang sebelumnya telah melewati kematian dengan kemenangan, menjaga perjalanan Nyoman dan menyambut dia di Firdaus.
Keluarga besar GPIN selamat merayakan Paskah 2020 dan selamat berjalan di bawah payung kemenangan Yesus atas maut. Mari kita ber GPIN sebagai jalan kita menghormati dan mencintai Yesus, yang telah melewati kematian dalam kemenangan, lebih dari siapaun dan apapun. Dia telah menundukkan apa yang manusia paling takutkan. Bersama Sang Pemenang sejati, kita akan berjalan melintasi lembah dan gunung kehidupan dengan tenang, sebab Dia selalu menjaga dan menyambut kita. Bersama Dia kita bukan pecundang tetapi pemenang, dalam menghadapi segala sesuatu termasuk kematian.



Bekijk op Facebook

Nieuwsbrief

Meld jezelf aan voor onze nieuwsbrief en ontvang daarmee het laatste nieuws rechtstreeks in jouw inbox. Met de HUB nieuwsbrief houden we je op de hoogte van onze activiteiten en informeren we je over nieuws uit het netwerk.

Lees hier vorige edities

HUB – Geloof in Den Haag is een netwerk van internationale en migrantenkerken, dat wordt
ondersteund door Stichting Mara.
De HUB wordt mogelijk gemaakt door subsidie van de gemeente Den Haag en giften van diverse fondsen, waaronder Fonds 1818, PIN namens de Nederlandse
religieuzen, de Diocesane Caritas Instelling, Stichting Rotterdam en de Maatschappij voor Welstand.

www.hub-denhaag.nl
www.maraprojecten.nl

Petra de Nooy
E petra@maraprojecten.nl,
M 06-28306560
Shirleni Blanken
B: shirleni@maraprojecten.nl
M: 06-39831945
Andréa Damacena Martins
E hub@maraprojecten.nl
M 06-36100750

Copyright: Naam | Privacyverklaring

Website door: Webheld.nl

Translate »