RENUNGAN JUMAT AGUNG
DIDASARKAN PADA YOHANES 14 : 24
“ Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati. Ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. “
Saudara sekalian warga GPIN dan simpatisan yang saya kasihi, Gereja bahkan juga dunia menamai hari ini yaitu hari Jumat 10 April 2020 sebagai hari Jumat yang Agung atau hari Jumat yang baik ( The Good Friday ). Disebutnya Jumat hari ini sebagai hari Jumat yang luhur, sebab pada hari Jumat ini kali, semua Gereja di seluruh jagat termasuk GPIN memperingati kematian Yesus Kristus dan memahami serta memaknai kematian Sang Yesus itu bukan sebuah kekalahan dan kegagalan yang konyol, tetapi justru sebuah kemenangan dan keberhasilan, sebab dengan kematianNya itu Yesus mencapai visi Allah yaitu keselamatan manusia. Visi Allah keselamatan manusia, visi iblis kebinasaan manusia. Oleh karena visi Allah dan visi iblis sangat berbeda, maka karakter Allah selalu bertentangan dengan karakter iblis. Sejak semula Allah merancang agar manusia ada dalam keadaan selamat, tetapi iblis dari awal memang merecoki agar manusia binasa.
Di taman Eden, Allah yang berkarakter penyelamat memperbolehkan manusia untuk makan buah pohon-pohonan dalam taman, tetapi melarang mereka memakan dan meraba buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, agar manusia tidak mati. Namun iblis yang berkarakter pembinasa memperdayakan manusia dengan mengatakan bahwa dengan memakan buah terlarang itu, manusia tidak akan mati tetapi justru akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat, sampai akhirnya manusia tidak memilih jalan Allah yaitu jalan keselamatan dan perdamaian tetapi jalan iblis yaitu jalan keseteruan dan permusuhan ( Kejadian 3 ). Allah yang menyatakan diri di dalam Yesus adalah Juru Selamat (Salvator). Iblis yang menyatakan diri di dalam ular adalah juru tipu (provokator). Sebagian besar warga GPIN yang kini masih diberi waktu sehingga bisa memperingati dan menghayati makna kematian Yesus di negeri Belanda, sudah berusia di atas 40 tahun. Di usia kita yang mulai menyenja, masih kuat melekat di benak kita sebuah lagu yang berjudul “Yesus Juru Selamat Kita” yang sering kita nyanyikan dulu pada Jumat Agung, kala kita dalam masa anak-anak sekolah minggu di tanah air Indonesia.
Lagu yang berjudul ” Yesus Juru Selamat Kita “ selengkapnya berbunyi sebagai berikut : Yesus Juru Selamat kita, Yesus Juru Selamat kita, Ia Mati di Golgota, untuk nebus dosa kita, Yesus Juru Selamat kita. Iblis itu musuh kita, iblis itu musuh kita. Ia lari sana sini. Ia bilang ini itu. Iblis itu musuh kita. Cara kerja iblis itu selalu bersifat propokatif yang hanya melahirkan permusuhan saja. Sedangkan jalan yang ditempuh Yesus sahabat sejati kita dari Galilea sampai Dia mati di Golgota adalah jalan yang dipayungi oleh falsafah Biji Gandum yaitu panggilan hidup untuk mengalah demi meraih kemenangan. Panggilan hidup untuk rela berkurban diri, demi terwujudnya apa yang menjadi visiNya. Visi Yesus yang adalah visi Allah adalah keselamatan manusia dari upah dosa yaitu hukuman Allah berupa kematian ( Roma 6 : 23). Demi keselamatan manusia dari hukuman Allah itu, kematian yang seharusnya dikenakan kepada manusia ditimpakan kepada Yesus, sehingga Yesus mati ganti manusia (Galatia 4 : 5). Kematian Yesus ganti kematian manusia bukan sikap menang-menangan yang tanpa hasil ( bukan perilaku menang jadi abu, kalah jadi arang ), melainkan sebuah sikap berkurban atau mengalah untuk mewujudkan visiNya membawa manusia kedalam pelukanNya ( 2 Korintus 5 : 21 ). Mengalah untuk memenangkan, mati untuk menghidupkan merupakan jalan Yesus yang menegaskan bahwa tiada mahkota tanpa salib, tiada bahagia tanpa derita, mengalah itu indah.
Di hari kita memperingati dan menghayati kematian Yesus, kita keluarga besar GPIN diingatkan kembali bahwa Yesus kawan sejati kita dari Galilea, senyatanya memang berprinsip teguh bahwa mengalah atau berkurban itu, sekalipun nampaknya sangat menyesakkan namun itu merupakan jalan menuju kebahagiaan. Dalam pembentukkan karakter para muridNya untuk menjadi insan yang suka mengalah demi kebaikan bersama, Yesus menasehati mereka dengan berkata : “ Kamu telah mendengar firman, mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi aku berkata kepadamu, janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu “ ( Matius 5 : 38-39). Berkaca pada perkataan Yesus di hari Jumat Agung ini, kita keluarga besar GPIN perlu berintrospeksi diri apakah kita lebih sering mengalah untuk kebaikan bersama atau menang-menangan sampai bersitegang hanya untuk kepentingan dan harga diri kita. Mengalah itu pastilah tidak mudah, sesak dada kita dibuatnya. Namun itu jalan menuju kemuliaan.
Keluarga besar GPIN yang saya kasihi, bila kita menoleh kebelakang ketika kita ada dalam masa anak-anak sekolah minggu di negara kepulauan Indonesia, masa itu telah berlalu cukup lama. Pesan guru-guru sekolah minggu kita, lewat lagu yang berjudul “ Di Dalam Dunia Ada Dua Jalan “ telah banyak menolong kita untuk bersabar menapaki perjalanan hidup di negeri Belanda dalam berumah tangga, bergereja dan bermasyarakat. Entah kapan perjalanan kita akan berakhir, hanya Tuhan yang tahu. Mungpung kita masih diberi waktu, mari kita berjalan di jalan Tuhan, sebuah jalan yang sering tidak mudah dan tidak selalu menyenangkan. Namun tidak pernah mengecewakan. Lagu yang berjudul : Di Dalam Dunia Ada Dua Jalan “ selengkapnya berbunyi sebagai berikut : “ Di dalam dunia, ada dua jalan. Lebar dan sempit, mana kau pilih. Yang lebar api, jiwamu mati. Yang sempit suci, hidup berglori. Selamat merayakan Jumat Agung. Selamat ber GPIN di jalan Tuhan.